Langsung ke konten utama

PART 1: DINDA

PART 1
“Aku datang membawa sapa,
 Sayang.. Binar matamu menghilangkan susun kataku juga”

Hujan semakin deras, bulirnya jatuh membasahi para pejalan kaki di sepanjang jalan Sultan Agung. Orang-orang di dalam tenda angkringan segera merapatkan kaki dan memicingkan celananya agar tak terkena percikan tanah basah. Bau khasnya mengendus penghiduan Ali, yang sedari tadi berdiri di depan koridor tempat kerja Keny. Ia membuat janji dengan tergesa-gesa, menerobos hujan dengan payung birunya yang besinya bengkok satu.
Kamu tepat waktu Ali, aku baru mau pulang dan kamu sampai. Mereka pikir kamu datang menjemputku, haruskah aku berpikiran begitu Ali” kata Ken pada Ali.
“Kau mau meminjamiku uang?” tanya Ali pada Ken
Kau mau jadi kekasihku jika ku pinjami?” Ken mencoba mengelabuhi.
Kau tau Ken?
Haha, kau tak bisa basa basi Ali. I see... kau tidak akan menjadikanku istri bahkan jika aku berikan semua hartaku” jawab Ken sambil membungkukkan badannya kearah pagar besi berukir spiral itu. “Berapa yang kau butuhkan?” tanya Ken kemudian.
3 juta kau punya?” jawab Ali
Ayolaah, untuk apa yang satu ini?
Kau lebih tau Ken..”
Dinda?” jawab Ken mencoba menebak untuk siapa uang yang akan dipinjamnya. “Mau sampai kapan kamu mengurusnya? Perasaanmu kamu sembunyikan? Kamu pikir dia tidak tau?” ucap Ken pada Ali.
Ken.. aku peduli dengan Dinda, orang tuanya semalam bertengkar lagi, aku mendengar dari arah rumah om Wisnu. Aku berjalan pulang, dan Dinda berpapasan denganku tepat saat dia keluar dari gerbang rumahnya”
Dinda akan berfikir kamu mengasihaninya, bukan karena kamu menyukainya. Sudah berapa kali kamu begini?” jawab Ken sambil membalikkan badan ke arah Ali.
“Jika memang begitu, asalkan aku tetap bisa membantunya” sanggah Ali, pasrah.
Kalau begitu kamu keterlaluan” jawab Keny sambil tersenyum.
“Kau pikir begitu?” tanya Ali ikut menyenderkan kedua lengannya pada pagar besi yang berukir spiral.
“Kamu memang begitu Ali” Jawab Ken dengan sedikit menyodorkan wajahnya ke arah Ali.
“Aku hanya bisa meminjamimu 2 juta” jawab Keny
“Kamu sungguh mau meminjami?”
“Ya.... tapi, aku perlu alasan jika tiba-tiba ibuku meminta uang untuk membayar sewa ruko barunya” jawab Ken sambil tersenyum.
“Dan kau akan bilang....”
“Ali merampokku” Keny memotong perkataan Ali
Keduanya tertawa, “Kau pikir ibumu percaya?” tanya Ali masih dengan tawanya.
“Tentu saja tidak. Kau pikir ibuku bodoh?” jawab ken. “Sudahlah, nanti dia akan mengerti. Kau tahu bukan, ibuku penyabar sekali, tidak sepertiku.” Jawab Ken sambil mengangkat kedua bahunya.
“Ku pikir tidak, kamu jauh lebih sabar Keny..” jawan Ali sedikit menyindirnya.
“Kau ini... pikirmu rusak Ali” sanggah Ken.
“Mungkin Ken” jawab Ali.
Baiklah, besok sore aku kerumahmu, akan ku antarkan uang yang kamu mau Ali” kata Ken pada Ali.
“Terimakasih Ken..”
“Belum saatnya Ali, kumpulkan saja, nanti kalau bantuanku sudah banyak, akan aku tagih terimakasihmu” jawab Ken dengan senyum khasnya.
“Kau ini... baiklah” jawab Ali menyudahi obrolan mereka malam itu.

Usai bernegosiasi keduanya berjalan pulang kearah rumah masing-masing yang kebetulan searah, melewati sebuah gedung besar yang tak asing bagi Ali, atau bagi Ali dan Dinda. Ada banyak cerita yang pernah mereka alami disana, di gedung SMA, 9 tahun silam.

Komentar